Rabu, 17 April 2013

Cinta Dan Waktu


Alkisah di suatu pulau kecil nan sederhana
tinggallah berbagai macam benda-benda abstrak.
Ada cinta, kesedihan, kekayaan, kegembiraan dan sebagainya.
Mereka hidup berdampingan dengan baik.

Namun suatu ketika, datang badai menghempas pulau kecil itu.
Dan air laut tiba-tiba naik dan akan menenggelamkan pulau tersebut.
Semua penghuni mulai cepat-cepat berlari.
berusaha menyelamatkan diri masing-masing.

Cinta sangat kebingungan
Sebab ia tidak bisa berenang dan juga tidak mempunyai perahu

Tidak lama kemudian,
Cinta melihat kekayaan sedang mengayuh perahu.
Kekayaan., kekayaan., tolong aku….!
Teriak cinta penuh harap.

Aduh maaf cinta, Perahuku sudah penuh oleh harta bendaku.
Nanti perahuku tenggelam,
Lagi pula sudah tidak ada tempat lagi untukmu di perahu ini.
Jadi aku tidak bisa membawamu bersamaku, Jawab kekayaan.

Lalu kekayaan cepat-cepat mengayuh perahunya.
Lalu pergi meninggalkan cinta.
Cinta sedih sekali.

Namun dilihatnya kegembiraan lewat dengan perahunya.
Kegembiraan tolong aku…! Teriak cinta penuh harap.
Namun kegembiraan terlalu gembira karena ia menemukan perahu.
Sehingga ia tidak mendengar teriakan cinta.
Atau mungkin sengaja tidak mendengarkannya.
Lagi –lagi cinta kecewa.

Air semakin tinggi membasahi cinta sampai ke pinggang.
Dan cinta semakin panik dan panik.
Kemudian lewatlah kecantikan,
kecantikan tolong bawalah aku bersamamu., pinta cinta

wah… cinta, lihatlah kamu basah dan kotor
aku tidak bisa membawamu ikut
nanti kamu mengotori perahuku yang indah ini
sahut kecantikan dengan nada khasnya.

Cinta sedih sekali mendengarnya.
Ia mulai menangis terisak-isak.

Saat itu lewatlah kesedihan.
Wahai kesedihan., tolong bawalah aku bersamamu.
Pinta cinta, lagi-lagi penuh harap untuk ikut serta.

Maaf cinta aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja
Jawab kesedihan sambil terus mengayuh perahunya.

cinta putus asa,
 ia merasakan air semakin naik dan akan menenggelamkannya
pada saat kritis itulah, tiba-tiba terdengar suara.
Cinta mari cepat naik ke parahuku.

Cinta menoleh kearah suara tersebut.
Dan ia melihat seorang tua renta dengan perahu lusuhnya.
Cepat-cepat cinta naik ke parahu itu.
Tepat sebelum air menenggelamkannya.

Di pulau terdekat, orang tua itu menurunkan cinta
Dan segera pergi berlalu meninggalkan cinta

Pada saat itu barulah cinta mulai sadar.
Bahwa ia sama sekali tidak mengenal
siapa orang tua yang sudah menyelamatkannya

cinta bergegas dan segera menanyakannya.
kepada seorang penduduk di sekitar pulau tersebut.

Pak., siapakah orang tua yang tadi menolongku?
Tanya cinta
Oh… orang tua tadi,
dia adalah sang Waktu jawab penduduk itu

tapi mengapa dia menyelamatkan aku,
aku tidak mengenalnya,
bahkan, teman-teman yang mengenalkupun enggan menolongku
Tanya cinta heran.
Dan penduduk itupun menjawab
“Hanya Waktulah yang Tahu berapa Nilai Sesungguhnya dari Cinta itu”

-Muji Burrohim-


Tidak ada komentar:

Posting Komentar